ni gan ppt mata kuliah pendidkan monggo di download
Minggu, 13 Mei 2018
Presentasi Contoh Proposal
Presentasi proposal hanya diberikan waktu kurang lebih sekitar 20 menit, maka dari itu, power point yanag digunakan harus berisi point-point penting saja. penggunaan warna harus konsisten dan sesuai jangan sampai erlalu mencolok misalnya menggunakan tulisan berwarna biru dan latar warna merah.
Contoh Proposal Penelitian PTK
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM
BASED LEARNING
DI
SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI
Proposal
Penelitian untuk Skripsi
Program
Studi Pendidikan Fisika
Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Diajukan
Oleh:
Ai
Suryani
RSA1C315005
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
APRIL,
2018
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar
Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan
Masalah 3
1.3 Tujuan
Penelitian 3
1.4 Manfaat
Penelitian 3
BAB II KAJIAN
TEORITIK 4
2.1 Kajian Teori 4
2.1.1 Belajar 4
2.1.2
Keterampilan Berbicara 5
2.1.3 Hasil
Belajar 7
2.1.4 Model
Pembelajaran Problem Based Learning 9
2.2 Penelitian
Relevan 12
2.3 Kerangka
Berpikir 12
2.4 Hipotesis
Tindakan 13
BAB III MODEL
PENELITIAN 14
3.1 Tempat dan
Waktu Penelitian 14
3.2 Desain
Penelitian 14
3.3 Populasi dan
Sampel 15
3.4 Teknik
Pengambilan Sampel 15
3.5 Teknik
Pengumpulan Data 15
3.6 Teknik
Validasi Instrumen Penelitian 17
3.7 Teknik
Analisa Data 17
3.8 Prosedur
Penelitian 18
DAFTAR RUJUKAN 21
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kesadaran pentingnya pendidikan yang dapat memberikan
harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong
berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak
langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Upaya peningkatan kualitas proses
belajar mengajar dan pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan. Namun
kenyataannya dalam proses belajar mengajar untuk dapat mencapai hal tersebut
tidaklah mudah. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering dijumpai
beberapa masalah yaitu masih banyak dijumpai siswa yang mempunyai nilai rendah
dalam sejumlah mata pelajaran, khususnya mata pelajaran fisika. Prestasi
belajar yang dicapai belum memuaskan mengingat masih banyak siswa yang
memperoleh nilai fisika dibawah standar yang ditetapkan.
Tabel 1.1 Nilai rata –
rata ulangan harian fisika kelas VIII semester ganjil 2016/2017
Kelas
|
Nilai rata-rata
|
X MIA 1
|
62,11
|
X MIA 2
|
65,58
|
X MIA 3
|
64,21
|
X MIA 4
|
66,84
|
X MIA 5
|
60,95
|
X MIA 6
|
59,65
|
(sumber : Guru mata
pelajaran fisika )
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA
Negeri 4 Kota Jambi, diketahui bahwa terdapat beberapa siswa yang tidak terampil
berbicara dengan baik dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar yang
diperolehnya belum maksimal. Siswa sulit untuk bersikap terbuka kepada orang
lain, ketika orang lain bertanya siswa tidak bisa menjawab, siswa tidak dapat
menciptakan berbicara yang akrab dengan orang lain terutama dengan teman di
dalam kelas sehingga apabila ditemukan masalah dalam belajar maka siswa akan
sulit bekerjasama dan berdiskusi dengan teman.
Terdapat siswa yang tidak dapat mengberbicarakan
pikiran dan perasaannya secara tepat dan jelas, misalnya dalam mengemukakan
pendapat dalam diskusi disebabkan oleh siswa tidak mendengarkan apa yang
disampaikan oleh orang lain dalam diskusi. Selain itu, terdapat siswa yang
tidak terampil bertanya ketika ia tidak memahami materi pelajaran yang telah
diberikan guru, dan ketika diberi kesempatan bertanya oleh guru, siswa tidak
bisa menjawab pertanyaan secara tepat, jelas dan lancar. Dalam diskusi kelas,
siswa tidak terampil mengemukakan ide dan gagasan yang hendak dicapai sesuai
dengan sasaran diskusi, siswa tidak mampu mengemukakan ide-ide yang cemerlang
saat diskusi berlangsung, siswa hanya bisa mengemukakan ide-ide secara tertulis
tetapi apabila diminta mengemukakan ide-idenya secara lisan siswa tersebut
tidak bisa, dan siswa tidak mampu menanggapi pendapat temannya.
Selama proses pembelajaran siswa hendaknya tidak
sekedar menerima informasi, mengingat, dan menghafal, tetapi siswa dituntut
untuk terampil berbicara, terampil untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan
gagasan di muka forum, melibatkan diri secara aktif, serta memperkaya diri
dengan ide-ide. Siswa diharapkan aktif, baik mendengarkan uraian guru, maupun
mencatat hal-hal yang dianggap penting dan juga memberikan tanggapan-tanggapan,
baik berupa saran, pendapat, maupun pertanyaan. Sehingga apabila siswa aktif
dalam belajar, maka ia akan terampil dalam berbicara. Prayitno (1997)
mengemukakan bahwa “keefektifan siswa dalam belajar, tampak apabila siswa
memberikan komentar terhadap materi yang dibahas, bertanya tentang bahan-bahan
yang belum mereka pahami dan berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan
kepada teman”.
Pembelajaran berbasis masalah yang dikenal dengan Problem Base Learning merupakan salah
satu model yang tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya
dalam keterampilan berbicara. Pembelajaran dengan model Problem Base Learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam
mempelajari pemecahan permasalahan dunia nyata, keterampila tingkat tinggi,
belajar antar disiplin ilmu, belajar mandiri, belajar menggali informasi,
belajar bekerjasama dan belajar berkomunikasi.
Berdasarkan paparan di atas mendorong peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Menggunakan Model Problem Based Learning di
SMA Negeri 4 Kota Jambi”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model Problem Base Learning dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa di SMA Negeri 4 Kota Jambi?
1.3 Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang ingin
diteliti dan informasi yang diharapkan, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan penggunaan model Problem
Base Learning dapat meningkatkan keterampilan berberbicara siswa di SMA
Negeri 4 Kota Jambi.
1.4 Manfaat
Penelitian
Setelah penelitian dilakukan, maka diharapakan
hasilnya bermanfaat :
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa
khususnya pada mata pelajaran fisika.
b. Mengoptimalkan kemampuan berpikir aktif,
kerjasama, tanggung jawab, dan aktivitas siwa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi guru, untuk mendapatkan gambaran konkrit
tentang bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar fisika.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan penelitian lebih
lanjut dan sebagai syarat untuk menyelesaikan program sarjana pendidikan Fisika
pada jurusan PMIPA Universitas Jambi.
BAB II KAJIAN TEORITIK
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relative permanen
dalam prilaku sebagai hasil dari pngalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang sangat pokok dan penting dalam keseluruhan proses
pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Menurut Purwanto (2011) “Belajar adalah suatu proses
untuk membuat perubahan dalam diri siswa dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik”. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsure yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini
berartikeberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
keberhasilan prosesbelajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan
menurut Hamalik (2011) belajar adalah suatu proses.
Belajar dapat dilihat secara mikro maupun sacara
makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/ khusus. Dalam pengertian luas
belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju keperkembangan
pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa
belajar adalah penambahan pengetahuan, definisi atau konsep ini dalam
praktiknya banyak dianut disekolah-sekolah.
Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan/ menerimanya. Dalam kasus
yang demikian guru hanya berperan sebagai pengajar, sebagai konsekuensi dari
pengertian yang terbatas ini kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan
bahwa belajar itu menghafal, hal ini terbukti misalkan kalau siswa (subjek
belajar) itu akan ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu, sudah tentu
pengertian seperti ini secara esensial belum memadai.
2.1.1.2 Keberhasilan Belajar
Petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah hal- hal sebagai berikut: a). Daya serap terhadap
bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinngi, baik secara individu
maupun kelompok; b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran
instruksional khusus (TIK) telah tercapai oleh siswa baik secara individu
maupun kelompok.
Menurut Djamarah (2010) Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar antara lain tujuan, guru, anak didik, kegiatan
pengajaran, alat dan bahan evaluasi, dan suasana evaluasi: a) tujuan adalah
pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalamk egiatan belajar
mengajar; b) guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik disekola; c) anak didik adalah orang yang dengan
sengaja dating kesekolah;d)pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya
interaaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai
perantaranya,bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam
kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan, dan
pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan didalam kelas, besar kecilnya jumlah
peserta didik sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan.
2.1.2 Keterampilan Berbicara
2.1.2.1 Pengertian
Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu
penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain. Dengan berbicara, maka maksud yang akan disamaikan akan dipahami.
Pengertian berbicara secara khusus juga dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigam
(2008) yang mengemukakan “berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan”.
Keterampilan diartikan sebagai kemampuan seseorang
terhadap suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai dan
kemengertian yang semuanya dipertimbangkan sebagai sesuatu yang penting untuk
menunjang keberhasilannya didalam penyelesaian tugas (Rusyadi dalam Yanto.
2005).
Dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji Santosa,
dkk (2006). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk
mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan.
Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang
disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan
kata-kata.
Mukhsin Ahmadi memaparkan bahwa “keterampilan
berbicara merupakan keterampilan memproduksikan arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang
lain”. Dalam hal ini, kelangkapan peralatan vokal seseorang (lidah, bibir,
hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengijinkannya dapat
memproduksikan suatu ragam yang luas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada,
kesenyapan, dan lagu bicara Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan
diri untuk berbicara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan
melenyapkan problema kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan
berat lidah.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berbicara berarti kemampuan seseorang dalam menyampaikan
pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan.
2.1.2.2 Tujuan
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu,
agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang
akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa
berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan
(to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk
membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).
Tim LBB SSC Intersolusi dalam Sapani (1990) berpendapat
bahwa tujuan berbicara ialah untuk:
a.
Memberitahukan
sesuatu kepada pendengar
b.
Meyakinkan atau
mempengaruhi pendengar
c.
Menghibur
pendengar.
Dikemukakan Sapani (1990) bahwa keterampilan
berbicara mencakup tiga aspek, yaitu:
a.
Bahasa lisan
yang digunakan, meliputi lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa,
serta gaya bahasa.
b.
Isi pembicaraan,
meliputi hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi.
c.
Teknik dan
penampilan, meliputi gerak-gerik dan mimik, hubungan dengan pendengar, volume
suara, serta jalannya pembicaraan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk
berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk
memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan
atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi
dari pendengar atau penerima informasi. Selain itu, tujuan siswa memiliki keterampilan
berbicara adalah agar melatih kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapatnya
untuk menjadi bekal di dunia kerja dan lingkungan masyarakat.
2.1.3 Hasil Belajar
Akhir dari kegiatan proses belajar mengajar adalah
diadakannya pengukuran, pengukuran di sini dilakukan atas siswa menggunakan tes
hasil belajar sebagai alat ukur. Seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2013),
“Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan”.
Bentuk laporan hasil proses belajar seorang siswa
tidak hanya dalam bentuk angka tetapi dapat juga dalam bentuk huruf ataupun
yang lainnya, seperti pendapat Arikunto (2013), “Hasil belajar merupakan suatu
hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pengajaran yang dilakukan
guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun
kata kata baik, sedang, kurang dan sebangainya”.
Pada proses pendidikan atau pengajaran, seorang guru
tidak hanya melakukan pengukuran dari hasil tertulis siswa saja tetapi sikap
dan tingkah laku seorang siswa juga dapat menunjukan tingkat keberhasilan
seorang guru dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik
(2001), “bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak
mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut,
diantaranya aspek pengetahuan, aspek kebiasaan, dan aspek emosional”.
Hasil belajar seorang siswa dapat dikatakan baik
jika dalam kehidupan bermasyarakatnya itu siswa dapat mengaplikasikan
keterampilan dan ilmu yang didapatnya di sekolah. Merujuk pemikiran Gagne dalam
Suprijono (2009), hasil belajar berupa :
a.
Informasi
verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik
lisan maupun tertulis.
b.
Keterampilan
intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c.
Strategi
kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri.
d.
Keterampilan
motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap
dalam kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
objek tersebut.
Sedangkan Menurut Blomm dalam Sudjana (2012),
“Perubahan prilaku dalam belajar mencakup segala aspek pribadi siswa pada saat
belajar, yaitu aspek kognitif,
afektif dan psikomotor”. Yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Aspek kognitif, indikatornya:
1.
Ingatan
atau pengetahuan yaitu kempuan mengingat bahan yang telah dipelajari.
2.
Pemahaman
yaitu kemampuan menangkap penertian, menterjemah dan menafsir.
3.
Penerapaan
yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan
nyata.
4.
Analisis
yaitu kemampuan menguraikan dan mempersatukan bagian yang terpisah.
5.
Sintesis
yaitu kemampuan menyimpulkan.
6.
Penilaian
yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu.
2. Aspek apektif, indikatornya:
1.
Penerimaan
yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memperhatikan
pada suatu perangsang.
2.
Penanggapan
yaitu keturutsertaan memberi reaksi.
3.
Penghargaan
yaitu kepetanggapan terhadap niai atas suatu rangsangan.
4.
Pengorganisasian
yaitu menintegrasikan berbagai nilai yang berbeda.
5.
Pengkarakterisasian
yaitu proses apektif dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang
mengendadlikan prilaku dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya.
3. Aspek psikomotor,
indikatornya:
1.
Presepsi
yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas gerak.
2.
Kesiapan
yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.
3.
Respon
terbimbing yaitu tahap awal belajar keterampilan lebih komplek.
4.
Mekanisme
yaitu gerakan keterampilan yang melakukan proses dimana gerak yang lebiih
dipelajari.
5.
Respon
nyata komplek yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk
gerakan yang rumit.
2.1.4 Model Problem
Base Learning
2.1.4.1 Pengertian Problem Base Learning
Menurut Arends dalam Suprihatiningrum (2016),
pembelajaran berdasarkan masalah (Problem
Base Learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mana siswa
menyelesaikan permasalahan yang otentik dengan maksud menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inquiry, berpikir tingkat tinggi, mengembangkan
kemandirian dan kepercayaan diri. Pembelajaran dengan pendekatan Problem Base Learning sesuai dengan
teori belajar menurt ilmu jiwa Gestalt, bahwa manusia adalah organism yang
aktif berusaha mencapai tujuan. Sedangkan menurt Suprihatiningrum (2016), Problem Base Learning merupakan model
pemelajaran yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudiaan
diikuti dengan proses pencarian informasi yang bersifat student center.
Dalam model pembelajaran Problem Base Learning guru tidaklagi berdiri di depan kelas sebagai
ahli dan satu-satunya sumber yang siap memberikan pembelajaran. Guru dalam
kelas Problem Base Learning berfungsi
sebagai fasilitator yang kadang disebut sebagai tutor. Dalam keadaan tertentu,
guru dapat ikut campur tangan dalam kegiatan pembelajaran untuk memastikan kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan baik.
Problem Base
Learning mengandung
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran kolaboratif pada
hakikatnya merupakan pengalaman filosofis pribadi. Ditinjau dalam segi
filosofis, pembelajaran kolaboratif lebih menekan saling berbagi pengalaman dan
pendapat, ukan merupakan kompetisi antar pelajar. Pembelajaran kooperatif
merupakan metoda instruksi, yang mana siwa bekerja sama dalam kelompok kecil
untuk mencapai yujuan pembelajaan secara umum.
2.1.4.2 Ciri-ciri Problem Base Learning
Menurut Arends dalam Suprihatiningrum (2016), model Problem Base Learning, memiliki
karakteistik sebagai berikut:
1.
Pengajuan pertanyaan
atau masalah
Bukannya mengorganisasi
disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, Problem Base Learning mengorganisasi
pembelajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara social
penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
2.
Berfokus pada
ketertaitan antar disiplin ilmu
Meskipun Problem Base Learning berpusat pada stu
mata pelajaran, masalah yang dipilih telah diselidiki dan benar-benar nyata
agar siswa dalam pemecahannya meninjau masalah itu dari berbagai antar disiplin
ilmu.
3.
Penyelidikan
autentik
Problem Base Learning mengharuskan siswa melaksanakan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
4.
Menghasilkan
produk dan memamerkannya
Problem Base Learning menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dan membentuk karya nyata atau peraga yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaikan masalah yang mereka temukan.
5.
Kolaborasi
Problem
Base Learning dicirikan dengan siswa
yang bekerja sama satu sama lain, paling sering berpasangan atau dalam kelompok
kecil.
2.1.4.3 Manfaat Problem
Base Learning
Uden & Beaumont dalam Suprihatiningrum (2016),
menyatakan beberapa keuntungan yang dapat diamati oleh sisswa yang belajar
mengunakan Problem Base Learning yaitu:
1.
Mampu mengingat
lebih baikinformasi dan pengetahuannya
2.
Mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah dan berfikir kritis
3.
Mengembangkan
basis pengetahuan secara integrasi
4.
Menikmati
belajar
5.
Meningkatkan
motivasi
6.
Bagus untuk
bekerja kelompok
7.
Mengembangjan
belajar secara strategi belajar
8.
Meningkatkan keterampilan
komunikasi
2.1.4.4 Langkah Problem
Base Learning
Model Pembelajaran Problem Base Learning terdiri dari lima langkah utama yang dimulai
dengan guru memperkenalkan siswa dengan satu situasi masalah dan diahiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Suprihatiningrum (2016) menjelaskan
kelima langkah tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sintaks Problem Base Learning
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Tahap
1: Orientasi siswa pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara logistic yang dbutuhkan,
mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita yang memunculkan masalah,
memotivasi siwa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Tahap
2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Tahap
3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
membantu siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Tahap
4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti:
laporan, video, dan model pembantu mereka untuk berbagai tugas dengan
temannya.
|
Tahap
5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa dalam melaksanakan refleksi aau evalusi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
|
Sumber:
Suprihatiningrum (2016)
2.2 Penelitian
Relevan
Desita dkk (2016), melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul: “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Problem Base Learning di SMA Negeri 2
Sungai Raya”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa model
Pro blem Base Learning dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas XC SMA Negeri 2 Sungai Raya.
Keseluruhan peningkatan keterampilan berbicara siswa sebesar 11,3%.
2.3 Kerangka
Berpikir
Pembelajaran fisika, cenderung menggunakan model
pembelajaran teacher center, sehingga
siswa selama proses pembelajaran bersifat pasif. Karena kondisi pembelajaran,
maka aktivitas belajar, khususnya keterampilan berbicara menjadi kurang
optimal. Karena kurangnya ativitas belajar siswa, maka berpengaruh kepada hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, dibutukan suatu perubahan dalam proses belajar
mengajar dikelas supaya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Model pembelajaran Problem Base Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
menekankan pada proses pembelajaran student
center. Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Base Learning mengharuskan siswa memecahakan permasalahan
yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inquiry, keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan
kemandirian dan keterampilan komunikasi. Berdasarkan kerangka diatas, maka
kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka
berfikir
2.4 Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan pada latar belakang dan teori yang
dijelaskan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah model Problem Base Learning dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa di SMA Negeri 4 Kota Jambi.
BAB III MODEL PENELITIAN
3.1 Tempat dan
Waktu Penelitian
Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
dikelas X MIA6 semester II di SMA Negeri 4 Kota Jambi, Jl. Ir. H Juanda,
Beliung, Kota baru, Kota Jambi. Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah 1 (satu) bulan, mulai dari tahap persiapan pada bulan
Februari sampai dengan bulan Maret 2019.
3.2 Desain
Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas guna memperbaiki mutu
pembelajaran di kelas. Model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah
model Kemmis dan Mc. Taggant yang meliputi 4 tahapan utama dantaranya:
Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi
Gambar 3.1 Desain
Penelitian dengan Kemmis dan Mc. Taggant
Berdasarkan bagan diatas, maka dapat dijelaskan
bahwa penelitian diawali dengan melakukan perencanaan awal, dimana peneliti
membuat alat dan instrumen penunjang kegiatan penelitian. Setelah perencanaan
awal selesai, peneliti selanjutnya mengimplementasikan perencanaan berupa
tindakan kepada kelas control dan kelas eksperimen. Kemudian peneliti
mengobservaasi hasil dari tindakan yang dilakukan baik pada kelas control
maupun kelas eksperimen. Setelah itu, maka dilakukan evaluasi terhadap kegiatan
selama siklus pertama. Hasil dari evaluasi pada siklus pertama selanjutnya
dijadikan acuan untuk berlangsungnya siklus kedua dan siklus selanjutnya.
3.3 Subjek
Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X MIA6
di SMA Negeri 4 Kota Jambi tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa
sebanyak 30 orang, 11 orang perempuan dan 19 orang laki-laki.
3.4 Teknik
Pengambilan Sampel
Dalam suatu
penelitian, perlu dtentukan populasi yang diteliti. Menurut Suharsimi (2016)
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini,
populasinya adalah siswa kelas X MIA6 di SMA Negeri 4 Kota Jambi dengan jumlah
30 orang yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 19 laki-laki. Karena jumlah
populasi yang sedikit, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik total sampling. “Teknik total sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan cara mengambil selurh anggota populasi sebagai respon atau
sampel” (Sugiyono. 2013).
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi pengamatan, dokumentasi dan tes.
3.4.1 Teknik Observas/Pengamatan
Pengamatan digunakan untuk mendapatkan data yang
berupa pristiwa, aktivitas dan tempat. Tujuan pengamatan untuk menjelaskan
situasi yang diteliti, aktivitas yang dlakukan untuk memperoleh data yang
sebenarnya. Pengamatan atau observasi yang dlakukan adalah observasi peran
total atau complete participant. Dalam
hal ini peneliti menjadi bagian dari kelompok yang diamati, peran peneliti
tidak telihat sehingga ia dapat mengamati kelompok yang diteliti secara alamiah
karena kelompok yang diamati tak menyadari bahwa mereka diamati.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan
mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran Problem Base Learning.
Adapun yang menjadi fokus perhatian kepada guru diantaranya: kesesuaian
kegiatan pembelajaran dengan sintaks PBL, pengelolaan kelas, komunikasi guru
dengan siswa, siswa dengan siswa dan pemberian penilaian. Selain itu, dilakukan
observasi terhadap siswa selama proses pembelajara, menyangkut keterampilan
berbicara siswa dan pemberian umpanbalik selama proses pembelajaran.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Keterampilan
Berbicara Siswa
Variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
No.
Item
|
Jumlah
|
Keterampilan Berbicara
|
Bahasa
lisan yang digunakan
|
Kemampuan
pelafalan
|
1,2
|
2
|
Kemampuan
menggunakan intonasi
|
3,4
|
2
|
||
Kemampuan
memilih kata
|
5,6
|
2
|
||
Kemampuan
struktur bahasa
|
7
|
1
|
||
Kemampuan
gaya bahasa
|
8
|
1
|
||
Isi
Pembicaraan
|
Kemampuan
menghubungkan isi topik
|
9,10
|
2
|
|
Kemampuan
menyampaikan topik dengan memperhatikan kualitas isi
|
11,12
|
2
|
||
Kemampuan
menyampaikan topik dengan memperhatikan kuantitas isi
|
13,14
|
2
|
||
Teknik
dan Penampilan
|
Kemampuan
menggunakan mimik
|
15,16
|
2
|
|
Kemampuan
membina hubungan dengan pendengar
|
17,18
|
2
|
||
Kemampuan
mengatur volume suara
|
19,20
|
2
|
Lembar observasi yang digunakan menggunakan skala
likert dengan interval 4 (a four point likert scale). 4 = Bangat Baik (SB), 3 =
Baik (B), 2 = Tidak Baik (TB) (Sugiyono.2009).
3.4.2 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Hasil evaluasi dan daftar siswa. Sedangkan selama kegiatan pembelajaran,
dokumentasi yang diperlukan berupa foto dan vidio.
2.4.3 Teknik Tes
Dalam penelitian ini tes dilaksanakan setiap akhir
siklus atau pada saat pemberian tugas. Alat pengumpul datanya berupa soal
bentuk uraian. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuann kognitif siswa.
3.6 Teknik
Validasi Instrumen Penelitian
Validtas adalah suatu standar ukuran yang menunjukan
ketepatan dan lesahihan suatu instrument. Validtas mengarah pada ketepatan
interpretasi hasil penggunaan prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan
pengukuran. Adapun validtas yang digunakan diantaranya:
3.6.1 Validtas isi
Validitas isi dapat diukur dengan menyusun butir-butir
soal disesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan di SMAN 4 Kota Jambi. Validitas
isi bertujuan untuk menguji ketepatan isi dan keabsahan butir soal sebagai instrumen
penelitian sehingga data yang diperoleh dapat diterima kebenarannya. Oleh sebab
itu penulis membuat kisi-kisi soal dan tes yang sesuai dengan materi yang telah
diajarkan berdasarkan kurikulum yang diterapkan di SMAN 4 Kota Jambi
3.6.2 Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang berkatan
dengan sejauh mana butir tes/pernyataan mampu mengukur apa yang benar-benar
hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah
ditetapkan.
Untuk
menguji validitas tiap pernyataan pada lmebar observasi, maka skor yang ada
pada butir dikorelasikan dengan skor total. Tiap butir soal dinyatan dengan
skor X, dan skor total dinyatan dengan Y, dengan didapatkannya indeks validitas
tiap butir soal, maka dapat dketahui butir soal yang memenuhi validitas.
Keterangan:
3.7 Teknik
Analisa Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis data kualitatif dan kuantitatif.
3.7.1 Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif digunakan untuk menganalisa data
yang menunjukan proses yang memberikan pemaknaan secara konstekyual dan
mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu tentang keterampilan
berbicara siswa. Data keterampilan berbicara siswa dari hasil observasi
dianalisis menggunakan rumus:
Keterangan:
KB : Nilai keterampilan
berbicara
JS : Jumlah skor yang
diperoleh
SM : Skala maksimum
(Aqib.2009)
2.7.2 Analisis Kuantitatif
Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis
data yang dperoleh dari hasil belajar siswa setiap siklusnya. Analisis data
kuantitatif dihitung dengan menggunakan rmus sebagai berikut:
a. Nilai hasil belajar dengan menggunakan rumus
berikut:
b. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung
dengan menggunakan rumus:
(Muchlis.2009)
3.8 Prosedur
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan
dalam tiga siklus dan pada masing- masing siklus terdiri atas satu kali
pertemuan. Rencana tindakan masing- masing siklus dalam penelitian tindakan
kelas ini dibagi dalam IV (empat) tahap kegiatan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
3.8.1 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah:
a.
Menyiapkan
silabus
b.
Mendesain
langkah-langkah kegiatan pembelajaran model
Problem Base Learning
c.
Menyiapkan RPP
d.
Menyiapkan bahan
dan sumber belajar (buku paket, media/ alat peraga)
e.
Membuat lks dan
lembar jawaban
f.
Membuat lembar
observasi siswa
3.8.2 Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sebagaimana tugas keseharian yang dilaksanakan oleh guru dikelas.
Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Base Learning,
scenario kerja meliputi:
Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, membagi siwa
dalam beberapa kelompok kecil, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita
yang memunculkan masalah dan memotivasi siwa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas selama proses belajar yang berhubungan dengan masalah yang
ditampilkan.
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi
yang sesuai, membimbing siswa melaksanakan eksperimen atau berdiskusi untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai, seperti: laporan kegiatan eksperimen, video, dan model yang
dapat membantu mereka untuk memecahkan masalah bersama teman sekelompoknya.
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam melaksanakan refleksi aau
evalusi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
3.8.3 Observasi dan Evaluasi
Kegiatan pengamatan observasi dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung, yaitu bagaimana aktivitas belajar siswa selama
pembelajaran dalam menerapkaan model
Problem Base Learning. Observasi dilakukan dengan cermat terhadap
proses tindakan dan dampaknya terhadap perbaikan proses pembelajaran maupun
hasil belajar siswa.
Hasil observasi ini merupakan bentuk data untuk
melihat kekuarangan dan kelebihan didalam kegiatan pembelajaran, apabila
terdapat kekurangan perlu ditindak lanjuti, sedangkan hasil belajar yang baik
perlu dipertahankan.untuk menentukan langkah- langkah perbandingan antara
proses pembelajaran siklus berikutnya menjadi lebih baik sehingga tercipta
suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Sedangkan kegiatan evaluasi dilakukan dengan
memberikan tes formatif, pada setiap akhir kegiatan pembelajaran atau siklus
akhir.tes dilakukan untuk melihat dan menentukan kemampuan sejauh mana siswa
menguasai materi pelajaran yang sudah dipelajari.instrument yang digunakan
dalam evaluasi ini adalah berupa soal-soal berbentuk esay.
3.8.4 Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dan
kekurangan tindakan yang kita berikan kepada siswa selama proses belajar
mengajar. Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan akan ditingkatkan dan
dipertahankan pada tahap berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV.Yrama Widya
Arikunto, Suharsini. 2013. Dasar-dasar evaluasi
pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Desita, dkk. 2016. Skripsi: Peningkatan Keterampilan
Berbicara Menggunakan Metode Problem Based Learning di SMA Negeri 2 Sungai
Raya. Pontianak: Universitas Tanjung Pura
Djamarah, Dkk. 2010. Strategi Belajar Dan
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2011. Proses BelajarMengajar.
Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Menyimak Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Muchlis, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara
Prayitno. 1997. Keterampilan belajar. Bengkulu:
3SCPD
Puji Santosa, dkk. 2006. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sapani, H. Suardi dkk. 1990. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud
Sudjana, N. 2012. Penilaian hasil proses belajar
mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono, 2013. Metode penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Suprijono. 2009. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Langganan:
Postingan (Atom)